Menanggapi proses yang saling menajamkan tadi, gw sebagai orang awam yang baru sedikit ngerti tentang “penyembahan” atau lagu-lagu, penasaran untuk mencari tahu apa sih sebenernya yang dipermasalahkan tadi? wkwk. maklum gw agak lemot masalah beginian. Iyaa, mikir2 lagi setiap argumen2 dan pendapat yang disampaikan, gw terbeban untuk menulis sesuatu.
Kenapa sih hal ini menjadi spesial? karena baru kemarin aja, kita belajar “manajemen konflik” dan Tuhan langsung kasih praktek nyatanya. Keren banget kan? dan secara pribadi, ini perdebatan panas perdana yang gw lihat secara live di POMIPA, jadi yah semacam stepping stone lah.
Pertama, gw mengucap syukur banget kalo Tuhan boleh mengijinkan hal ini terjadi. Setiap perasaan kecewa, hati yang ketancep sedalem2nya, sedih, merasa dinilai sepihak, kelelahan, sampai akhirnya boleh merendahkan hati, saling memaafkan, tersenyum kembali, dan makan nasi uduk dengan muka ceria. Kenapa? karena momen2 seperti inilah yang akan mengingatkan kita betapa Tuhan menyertai kita dalam pelayanan ini. Mungkin kita bisa belum melihat hal itu skarang, tapi gw yakin di ke depannya nanti, kita boleh bersama2 melihat momen ini, ketawa sama2 melihat gimana reaksi kita saat momen ini, dan mengucap syukur ke Tuhan.
Oke, masuk ke perdebatan tadi. Menurut gw, gak ada satupun argumen dan pendapat yang gak tepat. Masing2 punya pergumulan dan alasan sendiri2, walaupun mungkin masih ada proses yang belum tepat dalam pencapaian maupun penyampaian argument tadi (seperti yang kak Epin bilang). Gw yakin setiap orang mendapatkan pembelajaran dan pengalaman yang beda2, atau mungkin ada juga yang anggep ini perdebatan ini hal biasa lalu lupa, tapi inilah yang gw nikmatin pasca-proses tadi.
“…, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian” (Yoh 4:23)
Ketika Yesus berkata bahwa kita “menyembah dalam roh”, Yesus menunjuk roh kita, roh yang berdiam di dalam tubuh kita, dan Allah merancang roh kita berkomunikasi dengan Dia. Penyembahan adalah tanggapan roh kita kepada roh Allah. Namun Yesus menyempurnakan. Bukan roh saja, karena kita bisa dengan mudah terjebak dalam emosi sesaat, emosi pura-pura. Yesus menambahkan “dalam kebenaran”. Apakah kebenaran itu?
Yup, betul banget penyembahan berkaitan dengan emosi dan doktrin (naik-turun, lirik lagu, jenis musik). Yup, betul banget penyembahan berkaitan dengan jemaat dan alur ibadah+perayaan (familiar, kronologis sejarah, perayaan yang dijalankan, sifat Allah apa yang mau dibukakan). Namun, di atas semua itu, menurut gw melalui Bang Frank, Tuhan telah menyampaikan kebenaran itu:
“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”
gimana segenap hatinya?
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.”
Apa yang gw dapatkan dari kebenaran ini? Ketika Bapa menghendaki penyembah-penyembah, gw memahami kalau segala perbuatan kita yang mendatangkan kesenangan bagi Allah, segala tingkah laku kita yang memuliakan/memuji Tuhan merupakan tindakan penyembahan. Penyembahan bukanlah untuk kepentingan kita, bahkan bukan untuk jemaat sekalipun. Penyembahan tidak mendatangkan kesenangan untuk kita atau jemaat, tetapi semata-mata untuk Tuhan. Apa implikasinya dalam pelayanan kita?
Ibadah dan perayaan natal POMIPA adalah PENYEMBAHAN yang menyenangkan Tuhan, tak terkecuali di segmen apapun, mulai dari kesehatian, mengaku dosa, drama, khotbah, persembahan pujian, penyembahan, persembahan, dan pengutusan.
Posisi kita dalam momen natal ini, sebagai pelayan (apapun pelayanan kita), panitia (bidang apapun), atau pengurus, bukan hanya mengingatkan mereka akan kasih Tuhan, membukakan sifat Allah, memjembatani jemaat dengan Allah (inget loh, “bukan hanya”, berarti semua hal ini juga penting), tapi di atas itu semua:
Kita merindukan jemaat yang bisa mengasihi Allah dengan sepenuh hati, jiwa, dan akal budinya
Apa artinya? Melalui tema yang kita bawakan, “Humble Like Jesus”, jemaat (termasuk kita) boleh mengasihi Allah dengan menghayati teladan kerendahan hati anakNya, Yesus Kristus. Menghidupi dan mengingat kembali kedatanganNya di dunia yang cemar, merendahkan hati, mengosongkan diri, untuk boleh menyelamatkan kita, manusia yang berdosa.
Tulisan ini bukan gw buat untuk membenarkan/menyalahkan suatu pendapat, menjawab/menghibur perasaan2 yang masih ngeganjel, atau menilai suatu pandangan/sikap (secara gw juga masih bengong2 tadi. hehehe), tapi melalui tulisan ini, adalah kerinduan gw secara pribadi untuk mengajak kita semua (siapapun itu) merendahkan hati dan pikiran di hadapan Tuhan, memohon ampun, mencari kebenaran dan kehendakNya, dan bersama-sama melayani Tuhan. Selamat merendahkan hati, selamat melayani dengan segenap hati, jiwa, dan budi kita. Tuhan Yesus mengasihi kita (:
No comments:
Post a Comment