take baby steps along the way and in the end you will have reached your goal!

Sunday, December 25, 2011

natal itu bukan (sekedar) sukacita!

seperti biasa, perayaan malam natal selalu jadi kebaktian yang berkesan buat gw (yah walopun sebenernya gak ada lah yah yang namanya kebaktian "favorit" atau yang paling berkesan, karena yang selalu terpenting adalah Firman-Nya. hehehe). Kenapa?

Pertama, paling demen banget yang namanya ensamble. Karena pada kebaktian2 hari minggu biasa, kebanyakan lagu jemaat hanya diiringi oleh piano dan organ, tapi dalam perayaan2 besar, contohnya paskah dan natal ini, lagu2 jemaat diiringi oleh sekelompok pemain alat musik yang bermacam2, ada biola, flute, cello, terompet, segala macem alat musik gesek-tiup-sedot lainnya yang gw juga gak terlalu ngerti namanya (ada juga loh yang seperti set drum tapi elektronik gitu, keren deh). Apalagi dari dulu, selalu demen lagu2 natal klasik, lagu2 natal dari KJ/PKJ/NKB seperti gita sorga bergema, hai mari berhimpun, dan teman2nya. Makanya ketika bisa diaransemen sama tim ensamble dan dibawakan ke jemaat, wahhh seneng banget rasanya, langsung merinding kagum dan ngerasa Christmas Buzz! (secara juga, gw ga terlalu ngerti musik apa2 jadi amazed bgt. wkwkwk.)

Kedua, paling demen prosesi penyalaan lilin. Tahun ini, bersyukur boleh 3 kali mengalami prosesi penyalaan lilin: di kebaktian natal UI, natal MIPA, dan perayaan malem natal GKI Samanhudi. Napa nyalain lilin ini jadi hal yang berkesan buat gw secara pribadi? menurut gw, lilin itu melambangkan karya kedatangan Tuhan secara komplit di dunia. Lilin yang harus meleleh karena memberikan terangnya di tengah kegelapan, dan gak berhenti sampai disana aja, lilin itu akan membagikan apinya kepada lilin2 lain untuk juga bisa menyala dan bercahaya. Lilin juga melambangkan kehidupan kita sebagai terang Allah di dunia, rela meleleh untuk memberikan terang dan gak cuma mempertahankan api sendiri, tapi bisa membagikan api itu kepada lilin2 lain sehingga ketika akhirnya sumbu lilin itu habis, api dan terang itu tetapi terjaga, tidak sia2lah selama ini lilin itu meleleh hingga habis sumbunya.

Makanya, ketika perayaan malem natal di gereja, masuk di prosesi penyalaan lilin, mata gw selalu berkaca2, bulu kuduk berdiri, kagum sekaligus bersukacita atas kedatangan Tuhan yang menyelamatkan kita. Tapi tahun ini ada perasaan yang berbeda. Ketika lilin yg gw pegang udah menyala, jemaat menyanyikan lagu "malam kudus" dengan khidmat, selesai bait 1, masuk ke bait 2, jemaat menyanyi tanpa ada iringan musik dari ensamble. Bener2 hanya suara jemaat yang menggema menyanyikan lagu malam kudus! Gw secara pribadi gak taw itu kesalahan sound system atau memang aransemennya seperti itu, karena di bait 3, musik kembali mengiringi jemaat bernyanyi.

Nah di bait kedua inilah, ada perasaan yang berbeda bangeettttt. Bayangkan keadaannya hanya sekumpulan jemaat yang sama2 bernyanyi sambil memegang lilin di depan mereka tanpa ada alunan musik yang mengiringi. Gw bahkan sempat menegok ke kanan-kiri sekilas. Di saat itu, hal pertama yang gw rasakan adalah kekosongan, kehampaan. Gw merasa kita (atau mungkin sebenernya diri gw sendiri doank) hanyalah jemaat yang memegang lilin, menyanyikan lagu malam kudus karena itulah liturgi tahunan perayaan malam natal kita. Gw merasa rasa kagum dan sukacita yang selalu gw demen2in itu hanya karena bantuan musik yang mengiringi gw menyanyi ditambah suasana remang karena lilin.

*sekedar intermezzo, mungkin ketika ada yang baca tulisan gw sampai sejauh ini, ada yang mikir, "Ngapain sih ini orang ngejelasin panjang lebar apa yang dy demen kemudian ada hal aneh yang terjadi, lalu perlu dijelasin lagi? Mana sharing firmanNya? Itu yang penting kan?!" Okee, saat ini di kepala gw ada begitu banyak firman yang gw dapat dari berbagai persiapan minggu adven dan perayaan natal yang gw ikuti; gw berusaha untuk merangkainya menjadi sebuah pesan natal yang gw nikmati tahun ini. Jadi gw cuma bisa bilang "Tenang dulu yaa, we'll get there":)

Sepanjang perjalanan pulang dari gereja, karena macet (emang lagi jam2nya semua gereja bubaran kebaktian malam natal), gw sempet bengong2 di mobil. Gw berpikir, "Bagaimana jika natal yang sesungguhnya adalah seperti itu? Natal bukanlah momen sukacita, natal bukanlah momen "merry" seperti pada sms, bbm, atau status facebook "merry christmas" orang2 kebanyakan, tetapi natal adalah momen miris melihat bayi Yesus lahir di palungan yang kotor dan bau (yahh namanya juga kandang, dibersihkan tapi tetep aja ada aromanya kan?), natal adalah momen "malam sunyi senyap" seperti pada lagu malam kudus, natal adalah momen dukacita karena bayi Yesus "mengalami penolakan dimana2" sehingga akhirnya harus lahir di tengah suasana kesederhanaan dan kepapahan?

Yup, kalau kita perhatikan, momen kelahiran Yesus bukanlah momen sukacita waktu itu. Dari serangkaian peristiwa yang terjadi seputar kelahiran-Nya, hanya ada 1 momen sukacita, yaitu ketika ada paduan suara malaikat memberitahukan berita kelahiran Yesus pada gembala. Sisanya, bukanlah momen yang menurutku bisa dikategorikan "sukacita". Maria dan Yusuf kesulitan mencari penginapan ketika Maria hendak bersalin, Raja Herodes mencari-cari bayi Yesus yang menurut dirinya "mengancam" kekuasaannya, orang2 Majus hanya mengandalkan bintang terang untuk menemukan bayi Yesus. Gw merasa saat itu orang2 ini mungkin gak bisa secara langsung merasakan sukacita mempersiapkan kelahiran-Nya di dunia.

Namun, di tengah kemiskinan, kesederhanaan, kepapahan inilah, Allah memakai suasana ini untuk menggenapi rencana-Nya. Seandainya bayi Yesus bisa mendapatkan penginapan yang layak di tempat yang tertutup, mungkin ceritanya akan berbeda. Lahirnya Yesus di tempat sederhana, terbatas, dan papah memungkinkan baik gembala yang tidak berpendidikan dan berbeban berat maupun orang2 Majus yang pintar, kaya, dipandang tinggi secara sosial bisa menjangkau diri-Nya. Ini pula yang menjadi teladan kita dalam memaknai natal kali ini:

kita bisa membuka hidup kita untuk diakses sesama kita untuk memperlihatkan kemuliaan Tuhan. Bahkan jauh lebih daripada itu, kita beroleh pengharapan penuh kepada Tuhan di tengah segala keterbatasan, kepapahan, dan kesulitan hidup. 

Saat ini kita bisa bersyukur dan bersukacita mengetahui mengapa Yesus mau datang ke dunia. Gw ga perlu jelaskan lagi karena perenungan tentang hal ini pasti udah sering banget dibukakan kepada kita (yahh.. singkat jawabnya adalah kasih-Nya untuk menyelamatkan diri kita). Hal yang menjadi perenungan gw secara pribadi tahun ini adalah apakah kita telah menerima-Nya di dalam hidup kita? Seringkali kita menolak Yesus sama seperti ketika waktu Yesus datang pertama kali ke dunia. "Gimana mungkin gw menolak Dia? Gw udah Kristen dari dulu, aktif gereja-pelayanan! Persembahan paling banyak!" Yesus berkata dalam salah satu perumpamaan-Nya, "Ketika Aku lapar, haus, seorang asing, telanjang, sakit dan di penjara, bilamana kau melayani-Ku?" (bdk. Matius 25:31-46)

Perenungan momen natal tahun ini mengajak kita untuk bisa merendahkan hati di hadapan Tuhan dan sesama, memberi diri untuk dipakai Tuhan seturut rancangan-Nya. Lagi-lagi, hanya ada 1 alasan sekaligus teladan mengapa kita perlu melakukan ini semua:
"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." ~ Filipi 2:5-7
Kerendahan hati-Nya terwujud melalui penjelmaan-Nya sebagai manusia. Dia yang adalah Allah, sang pencipta, menjadi setara dengan manusia, yang adalah ciptaan. Tidak berhenti di situ, Dia memilih jalan yang berbeda seluruhnya. Dia lahir di dalam keadaan yang hina, berkarya melalui pelayanan-Nya, menempuh jalan penderitaan, mati di dalam keadaan yang hina. Semua dilakukan hanya untukmu, untuk gw, untuk kita. Apakah sukacita semata adalah respon terbaik yang bisa kita berikan atas kasih-Nya? Apakah kenyamanan dan kehangatan berkumpul setahun sekali dengan keluarga dan gereja adalah keuntungan ternikmat dari peringatan akan kedatangan-Nya? Apakah lagu2 natal dan persembahan puji2an adalah persembahan yang terbaik yang dapat kita berikan atas kelahiran-Nya? Kiranya perenungan natal setiap kita boleh mempersiapkan diri kita lebih baik lagi dalam menghayati kedatangan-Nya di dunia. Kita bisa semakin diperlengkapi menjalani pelayanan, studi, pekerjaan, atau kesibukan kita sehari-hari. 


Merry Christmas 2011! Selamat bersukacita dan berkarya melalui teladan kasih dan kerendahan hati-Nya di dalam keseharian kita! God Bless!

*That awesome moment ketika sampai sejauh ini, gw baru sadar, bahwa hanya karena gw mengalami momen "menyanyikan lagu malam kudus tanpa diiringi musik untuk 1 bait aja", gw dimampukan Tuhan untuk boleh me-refresh pikiran sejauh ini dan menulis sepanjang ini. To God be The Glory!

Monday, December 12, 2011

bukan gw, tetapi Dia!

Wah, gak kerasa yah kita udah memasuki minggu advent yang ke-3 (: Di minggu ini, gw rindu membagikan firman yang gw nikmati, dibawakan oleh Pdt. Anton Pardosi (GKI Kebon Bawang) di kebaktian GKI Depok tadi.

Saat ini, kita sama2 mau belajar dari Yohanes Pembaptis, seorang pelayan Allah yang dipanggil untuk mempersiapkan kedatangan Mesias. Nubuat yang dibuat Nabi Yesaya tentang dirinya (Yesaya 40:3), sosoknya yang unik (makan belalang, minum madu hutan, pake baju bulu unta), dan kesaksian pelayanan yang dilakukannya, membuat Yohanes Pembaptis menjadi tokoh yang sudah familiar dan umum kita ketahui serta berkaitan erat dengan kedatangan Mesias.

Di dalam Yohanes 1:19-23, ada suatu kondisi khusus yang sedang dialami oleh Yohanes Pembaptis dan dapat kita pelajari untuk melihat sikap batin yang dimilikinya. Apa yang dialami dirinya saat itu seringkali analog dengan apa yang kita alami saat ini, namun mari kita lihat apa yang diperbuat Yohanes Pembaptis menghadapi kondisi ini.

Waktu itu Yohanes telah memberitakan Injil dan membaptis banyak orang Yahudi. Penduduk dari seluruh Yerusalem, Yudea, dan sekitar sungai Yordan datang berbondong2 untuk bertobat dan dibaptis oleh Yohanes. Hal ini menimbulkan pertanyaan di antara orang banyak saat itu apakah dirinya adalah sang Mesias yang ditunggu2. Tentu kita sadar, Yohanes berada dalam keadaan yang sangat mudah banggeeettt untuk mendapatkan hormat, respect, pujian dari orang-orang pada saat itu. Namun apa yang Yohanes katakan?

"Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: 'Aku bukan Mesias'" ~Yohanes 1:20

Seringkali, kita berada pada posisi yang sama dengan Yohanes dalam pelayanan. Kondisi sekitar memungkinkan diri kita dapat dengan mudah menuntut pengakuan, pujian, hormat, kebanggaan atas pengorbanan (waktu, tenaga, pikiran, ide, materi) yang telah kita berikan untuk pelayanan. Kalo udah begini, kondisi yang sering terjadi dapat dilihat lewat kalimat2 ini:

"Kalo gak ada gw, gak bakalan ini-ini-ini bisa jalan sebaik ini"
"Wah, siapa dulu donk yang itu-itu-itu. Bagus kan jadinya?"
"Ahh, gw udah begini-begini-begini sedangkan dia cuma begitu-begitu-begitu"

Baik diucapkan ataupun di bayang-bayang, kita mulai jatuh dalam kesombongan, mulai membanding2kan pengorbanan yang telah kita lakukan. Sadar gak sadar, kita masih sering memfokuskan pelayanan kita hanya untuk diri kita sendiri (mengisi waktu luang, kenyamanan diri sendiri, serunya pergaulan dalam persekutuan). Ketika ada hal yang tidak berjalan sesuai harapan atau keinginan kita, maka kita dapat dengan mudah:

  • menjadi peternak "kambing hitam", kandang kita selalu penuh, ladang peternakan kita semakin meluas hari demi hari dan kambing-kambing kita semakin cepat berkembang biak
  • menyiksa diri sendiri karena larut dalam kekesalan, kekecewaan, menyalahkan diri sendiri tak ada hentinya sehingga kita jauh dari Tuhan
  • berpikiran negatif terhadap sesama kita, melihat2 masa lalu orang lain, memprediksi diri seseorang berdasarkan masa lalunya yang kelam
  • menjadi hakim atau jaksa penuntut yang hanya bisa menggembar-gemborkan kebenaran dan keadilan untuk orang lain tanpa memperlakukannya terhadap diri sendiri

Namun, apa yang Yohanes Pembaptis sampaikan?

"Ia (Yesus) harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil" ~ Yohanes 3:30

Yup, Yohanes merendahkan diri dan hatinya di hadapan Tuhan. Inilah sikap batin terutama yang Yohanes miliki. Ketika kita mau merendahkan hati di hadapan Tuhan, hal ini akan berdampak pada kehidupan dan pelayanan kita terhadap sesama. Fokus hidup dan pelayanan kita semata-mata hanya untuk kemuliaan Tuhan, tak ada yang lain. Iyaaa, tak-ada-yang-lain. Artinya, apa yang menjadi kebanggaan-kehormatan-sanjungan atas diri kita, pelayanan kita, pengorbanan kita, tak ada lagi artinya apabila dibandingkan kebesaran dan kemuliaan Tuhan.

Uraian yang simple bukan? Kalau mau diringkas, firman yang ingin disampaikan adalah: Rendahkan diri dan hatimu di hadapan Tuhan. Apakah mudah untuk dilakukan? menurut gw secara pribadi, melakukannya belum tentu semudah memikirkannya atau mengatakannya.

Hari ini adalah H-11 ibadah dan perayaan natal POFMIPA UI. Sejauh ini, ada banyak kejadian dan kondisi2 pelayanan yang menuntut kita untuk bisa merendahkan hati di hadapan Tuhan dan sesama. Kerendahan hati membuahkan kejujuran di hadapan Tuhan dan sesama. Kerendahan hati menghasilkan sikap tenang dan berpikir positif di dalam tekanan. Kerendahan hati memampukan kita melihat karya kasih dan rencana Tuhan pada setiap orang yang kita jumpai. Kerendahan hati menguatkan kita untuk mau peduli dan mengasihi sesama dengan tulus. 

Teladan kerendahan hati yang terutama adalah ketika bayi Yesus boleh lahir di dunia yang cemar ini (semua bakal dibahas nanti oleh bang RO di hari H). Tetapi untuk saat ini, kita bersyukur boleh belajar terlebih dahulu dari teladan Yohanes Pembaptis. Kita melihat posisi dan sikap batin diri kita dalam persiapan memperingati kedatangan Yesus dan menantikan kedatangan-Nya kedua kali. Ia yang memanggil kita adalah setia, Ia juga yang akan menggenapinya.

Selamat menjalani minggu advent ke-3, selamat melayani dengan semakin merendahkan hati. GBU abundantly!

Sunday, December 4, 2011

giving my best

Rasanya udah basi ya mendengar kata2 "giving my best". Hal yang simple; memberi yang terbaik, tapi kenapa sih kita berulang kali diingatkan? ini adalah review dari sharing firman bang Franky Siadari dalam Persiapan Hati Pelayan (PHP) natal POMIPA UI 2011. Jadi buat temen2 yang gak dateng waktu PHP, yah boleh lah nyontek2 dari sini, yang penting tetap bisa dapatkan firmanNya.

*Sedikit kenalan dulu, Bang Frank adalah alumni fisika FMIPA UI, pertama kali melayani mulai dari penyambut jemaat di PJ sampai akhirnya Tuhan percayakan pelayanan sebagai koordinator POMIPA. Sekarang Bang Frank memiliki kesibukan dalam hal instrumentasi elektronik juga sebagai konsultan di BMKG. Adalah kerinduan Bang Frank bisa melihat buah pelayanannya sampai saat ini, dan bersyukur di kondisinya yang lagi dalam pemulihan (baru beberapa hari habis operasi usus buntu), Bang Frank masih bisa menyempatkan waktu dan tenaga buat melayani kita. Makasi Bang Frank! GBU(:

Ayat tema PHP yang diberikan bidang acara terambil dari Kolose 3:23
"Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia"
Iyaa, berkenalan dengan surat Kolose, ini adalah surat yang Paulus tulis untuk jemaat di kota Kolose. Jemaat di kota Kolose bukanlah hasil buah pelayanan Paulus secara langsung, melainkan adalah hasil pengabaran Injil dari Epafras, salah seorang rekan Paulus, namun mereka tetap mengakui Paulus sebagai kepala jemaat (atau rasul besar). Kalo kita baca sekilas, surat Kolose termasuk surat yang pendek kan?

*Nah berPA surat membutuhkan pendekatan yang berbeda. Seperti kita nulis surat waktu SD, tentu ada bagian2 seperti salam pembuka, bagian pembuka, isi, dan penutup. Inilah yang akan kita lihat bareng2 #sambil dilihat ya kalau di sekitarmu ada alkitab

Pasal 1 ayat 1-13 berisi salam pembuka sekaligus ucapan syukur Paulus atas jemaat yang boleh ada di Kolose. Ayat 15-23 Paulus menekankan pada keunggulan, keutamaan Kristus di dalam hidup setiap jemaat. Ayat 24 sampai pasal 2 ayat 5 menjelaskan bagaimana sukacita Paulus karena boleh menderita karena pelayanannya yang berbuah (ingat juga bahwa surat ini dituliskan Paulus dari dalam penjara, dimana posisinya Paulus tidak bersalah, tidak berbuat pelanggaran apa2 tetapi dihukum). Ayat-ayat selanjutnya Paulus menjelaskan bagaimana kepenuhan hidup di dalam Kristus dan dijelaskan lebih mendetail pada pasal 3 bagaimana kehidupan kita sebagai manusia baru, manusia yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Jurus'lamat. Sampailah kita pada ayat 23, yang menjadi ayat tema kita.

Bagian pertama dari ayat 23 adalah "Apapun juga yang kamu perbuat,". Paulus gak nulis "di dalam hal yang kau bisa" atau "di dalam bidang keahilanmu" atau "di saat kau melakukan hal yang nyaman untuk dirimu", tapi secara tegas Paulus mengatakan "Apapun juga".

Apa artinya?

Bahwa segala perbuatanmu, pelayananmu, pergaulanmu, tingkah lakumu, perkataanmu, pemikiranmu, studimu, pekerjaanmu, semua itu perbuatlah seperti untuk Tuhan. Kalau difokuskan untuk panitia natal ini, sekecil, sesimpel, sesederhana pelayananmu, lakukanlah seperti untuk Tuhan, bahkan sebenarnya gak ada takaran besar-kecil pelayanan, karena Tuhan melihat hati. Entah itu menyambut jemaat, mengajak teman untuk datang acara natal, menjadi pemain musik, pemain drama (sesingkat apapun kita tampilnya; figuran lah), MC, lakukanlah dengan segenap hatimu.

Mungkin bagian pelayanan kita ada yang berhubungan dengan jemaat (yah bisa "dilihat2" dikit lah sama jemaat), tapi ada juga loh kita lihat bagian pelayanan yang mindahin kursi2, pasang2 dekor, desain2 spanduk dan poster, pinjem tempat, angkat sana-sini, gotong2 konsumsi, jualan sabtu-minggu buat cari dana acara sebelum hari H, atur lighting selama acara, pelayanan2 behind the scene lainnya, yang waktu kita lakukan mungkin belom ada siapa2 atau gak dilihat siapa2. Namun di saat itulah, Tuhan melihat hati kita, ketulusan kita untuk memberikan yang terbaik untuk Tuhan.

Pertanyaan selanjutnya adalah kenapa sih kita perlu memberikan yang terbaik? kenapa harus melakukan segala sesuatunya seperti untuk Tuhan? apa Tuhan nuntut dan maksa kita?

*temen2 masih inget donk tentang induk kalimat-anak kalimat? yup, di dalam berPA surat, penting buat kita untuk mencari induk-anak kalimat. Dengan cara ini, kita bisa tahu apa yang menjadi inti dari surat tersebut, apa isi dan makna utama yang ingin disampaikan.

Kalau kita membaca mundur dari ayat 23 ke ayat2 sebelumnya, ada banyak frasa "karena itu" (lihat 3:12, 3:5, 3:1, 2:16). Apa sih "itu" itu? "Karena itu" menunjukkan anak kalimat, jadi kita perlu menemukan induk kalimatnya. Jika dibaca secara teliti, maka "itu" merujuk pada pasal 2:6a, "Kamu telah menerima Kristus Yesus Tuhan kita."

Yaa, kita memberikan yang terbaik karena kita telah menerima Kristus Yesus sebagai Tuhan dan Jurus'lamat kita!

Memberikan yang terbaik kepada Tuhan bukan karena permintaan, paksaan, tuntutan, desakan, kewajiban, kebutuhan, kerinduan, keinginan, atau alasan2 lain. Memberikan yang terbaik kepada Tuhan adalah respon kita terhadap pengorbanan dan keselamatan yang Tuhan telah berikan kepada kita, kasihNya yang setia dan tak ada habisnya dalam hidup kita. Jadi, sebagai orang percaya, mahasiswa Kristen, yang telah mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Jurus'lamat dalam hidup kita, adakah alasan untuk tidak memberikan yang terbaik bagiNya? Memberikan yang terbaik dalam pelayanan, dalam studi, dalam keluarga, dalam pekerjaan, dalam apapun juga!

Hal terakhir, gimana sih caranya kita "memberikan yang terbaik"? nyebutin kata2 itu mungkin gampang, tapi terkadang kita sulit melakukannya, menjadikan itu beban, atau bahkan cuma menjadi sekedar kata2 doank. "..., perbuatlah itu seperti untuk Tuhan..." itu gimana caranya? Bang Frank menyebutkan, satu hal inilah yang terpintas ketika mempersiapkan bagian ini:
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu."
Inilah kunci mewujudnyatakan memberikan yang terbaik untuk Tuhan, melakukan segala sesuatunya seperti untuk Tuhan, yaitu dengan mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa, dan budi kita. Tanpa hal ini, kita gak akan bisa menyerahkan diri sepenuhnya, berkorban seluruhnya, merendahkan hati serendah-rendahnya, melayani semaksimalnya. Mengasihi Tuhan dimulai dengan menikmati dan menyadari betapa besar kasih Tuhan terhadap diri kita. Mengasihi Tuhan dimulai lewat jam doa dan saat teduh, kita belajar mengetahui apa kehendakNya melalui firmanNya dan mau memberi diri untuk dipakai sepenuhnya sesuai dengan rencanaNya. Mengasihi Tuhan berarti rela merendahkan hati di hadapan Tuhan, menyingkirkan ego, menyangkal diri, serta tetap taat dan setia melakukan kehendakNya.

Hal-hal inilah yang disampaikan Bang Frank dan gw nikmati secara pribadi. Berharap lewat PHP ini, kita semua semakin dipersiapkan dan diperlengkapi untuk ke depannya. Selamat melayani untuk teman2 panitia dan pelayan natal POMIPA UI 2011. Selamat memberikan yang terbaik untuk Tuhan. God bless us!

Saturday, December 3, 2011

mari saling menajamkan!

Menanggapi proses yang saling menajamkan tadi, gw sebagai orang awam yang baru sedikit ngerti tentang “penyembahan” atau lagu-lagu, penasaran untuk mencari tahu apa sih sebenernya yang dipermasalahkan tadi? wkwk. maklum gw agak lemot masalah beginian. Iyaa, mikir2 lagi setiap argumen2 dan pendapat yang disampaikan, gw terbeban untuk menulis sesuatu.

Kenapa sih hal ini menjadi spesial? karena baru kemarin aja, kita belajar “manajemen konflik” dan Tuhan langsung kasih praktek nyatanya. Keren banget kan? dan secara pribadi, ini perdebatan panas perdana yang gw lihat secara live di POMIPA, jadi yah semacam stepping stone lah.

Pertama, gw mengucap syukur banget kalo Tuhan boleh mengijinkan hal ini terjadi. Setiap perasaan kecewa, hati yang ketancep sedalem2nya, sedih, merasa dinilai sepihak, kelelahan, sampai akhirnya boleh merendahkan hati, saling memaafkan, tersenyum kembali, dan makan nasi uduk dengan muka ceria. Kenapa? karena momen2 seperti inilah yang akan mengingatkan kita betapa Tuhan menyertai kita dalam pelayanan ini. Mungkin kita bisa belum melihat hal itu skarang, tapi gw yakin di ke depannya nanti, kita boleh bersama2 melihat momen ini, ketawa sama2 melihat gimana reaksi kita saat momen ini, dan mengucap syukur ke Tuhan.

Oke, masuk ke perdebatan tadi. Menurut gw, gak ada satupun argumen dan pendapat yang gak tepat. Masing2 punya pergumulan dan alasan sendiri2, walaupun mungkin masih ada proses yang belum tepat dalam pencapaian maupun penyampaian argument tadi (seperti yang kak Epin bilang).  Gw yakin setiap orang mendapatkan pembelajaran dan pengalaman yang beda2, atau mungkin ada juga yang anggep ini perdebatan ini hal biasa lalu lupa, tapi inilah yang gw nikmatin pasca-proses tadi.

“…, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian” (Yoh 4:23)

Ketika Yesus berkata bahwa kita menyembah dalam roh”, Yesus menunjuk roh kita, roh yang berdiam di dalam tubuh kita, dan Allah merancang roh kita berkomunikasi dengan Dia. Penyembahan adalah tanggapan roh kita kepada roh Allah. Namun Yesus menyempurnakan. Bukan roh saja, karena kita bisa dengan mudah terjebak dalam emosi sesaat, emosi pura-pura. Yesus menambahkan “dalam kebenaran”. Apakah kebenaran itu?

Yup, betul banget penyembahan berkaitan dengan emosi dan doktrin (naik-turun, lirik lagu, jenis musik). Yup, betul banget penyembahan berkaitan dengan jemaat dan alur ibadah+perayaan (familiar, kronologis sejarah, perayaan yang dijalankan, sifat Allah apa yang mau dibukakan).  Namun, di atas semua itu, menurut gw melalui Bang Frank, Tuhan telah menyampaikan kebenaran itu:

 Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”

gimana segenap hatinya?

“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.”

Apa yang gw dapatkan dari kebenaran ini? Ketika Bapa menghendaki penyembah-penyembah, gw memahami kalau segala perbuatan kita yang mendatangkan kesenangan bagi Allah, segala tingkah laku kita yang memuliakan/memuji Tuhan merupakan tindakan penyembahan. Penyembahan bukanlah untuk kepentingan kita, bahkan bukan untuk jemaat sekalipun. Penyembahan tidak mendatangkan kesenangan untuk kita atau jemaat, tetapi semata-mata untuk Tuhan. Apa implikasinya dalam pelayanan kita?

Ibadah dan perayaan natal POMIPA adalah PENYEMBAHAN yang menyenangkan Tuhan, tak terkecuali di segmen apapun, mulai dari kesehatian, mengaku dosa, drama, khotbah, persembahan pujian, penyembahan, persembahan, dan pengutusan.

Posisi kita dalam momen natal ini, sebagai pelayan (apapun pelayanan kita), panitia (bidang apapun), atau pengurus, bukan hanya mengingatkan mereka akan kasih Tuhan, membukakan sifat Allah, memjembatani jemaat dengan Allah (inget loh, “bukan hanya”, berarti semua hal ini juga penting), tapi di atas itu semua:

Kita merindukan jemaat yang bisa mengasihi Allah dengan sepenuh hati, jiwa, dan akal budinya

Apa artinya? Melalui tema yang kita bawakan, “Humble Like Jesus”, jemaat (termasuk kita) boleh mengasihi Allah dengan menghayati teladan kerendahan hati anakNya, Yesus Kristus. Menghidupi dan mengingat kembali kedatanganNya di dunia yang cemar, merendahkan hati, mengosongkan diri, untuk boleh menyelamatkan kita, manusia yang berdosa.

Tulisan ini bukan gw buat untuk membenarkan/menyalahkan suatu pendapat, menjawab/menghibur perasaan2 yang masih ngeganjel, atau menilai suatu pandangan/sikap (secara gw juga masih bengong2 tadi. hehehe), tapi melalui tulisan ini, adalah kerinduan gw secara pribadi untuk mengajak kita semua (siapapun itu) merendahkan hati dan pikiran di hadapan Tuhan, memohon ampun, mencari kebenaran dan kehendakNya, dan bersama-sama melayani Tuhan. Selamat merendahkan hati, selamat melayani dengan segenap hati, jiwa, dan budi kita. Tuhan Yesus mengasihi kita (:

Thursday, December 1, 2011

the reason (1)

Sebagai noobs di dunia perbloggingan, tentu gw cari referensi blog2 orang lain yang udah lebih berpengalaman. Mereka yang udah taw cara menulis suatu posting-an yang lebih communicative, alur yang lebih tersusun, milih kata2 yang jelas dan orang bisa ngerti maksudnya apa, atau layout, desain, gambar, any visualization that actually helps reader to understand the point author's trying to make.

Funny things adalah gw selalu membaca postingan pertama kali yang mereka buat pada blog mereka, and it was hilarious! wkwkwk. Apa yang mereka postingkan itu bermacam2, introductory about themselves, terjun langsung ke curcol mereka, gambar2 atau video tentang favorite idols, review tentang special event that occurs, entah itu birthday bash, gaming experience, traveling, family event, fashion trends, and so on.
"Seketika itu juga, gw membandingkan posting pertama gw, yang merupakan hasil ketikan berasal dari kebodohan kepolosan keluguan gw karena gak bisa masuk site preview blognya." 
Tapi gw ga cuma berhenti liat di posting pertama mereka, gw melihat gimana perkembangan posting mereka sampai sekarang. Ada banyak banget blogger yang produktif menghasilkan artikel dan tulisan2, dan pastinya postingan mereka selalu jadi lebih baik, menarik, dan berbobot dalam hal yang mereka bahas. Tapi gak sedikit juga, orang yang berhenti di tengah jalan2, dan bisa bermacam2 alasannya.

Dari sini, gw teringat kata2 PKK gw ka Chrisna: "bukan seberapa cepat kita bertumbuh, tapi seberapa kuat kita bertumbuh"

Yup, posting ini adalah reminder gw berikutnya: the reason why I'm doing this blogging stuff. Ada beberapa alasan, tapi satu alasan mendasar yang selalu menguatkan gw:
"Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi" ~1 Tes 2:8
Adalah kerinduan gw secara pribadi bahwa hidup gw boleh menjadi persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan buat Tuhan, sekaligus menjadi kesaksian hidup buat sesama gw. Gw mungkin baru dibina selama 1,5 tahun di kampus lewat KK WaverThy (more about that later). Tapi sesuai visi "KK yang berdampak" dan ayat visi KK gw:
"Jangan seorangpun menggangap engkau rendah karena kau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang yang percaya..." ~ 1 Tim 4:12
Gw berkomitmen untuk bisa mensharingkan momen-momen hidup gw lewat blog ini. Ada banyak alasan lain yang mendorong gw membuat blog (tunggu lanjutannya yaa..) tapi gw yakin alasan2 itu cuma memberikan semangat yang sementara. Gw sadar cuma Dia yang memampukan gw untuk boleh terus bersaksi dan bersekutu dalamNya.

Blog ini ga akan terbatas pada pengalaman rohani gw, tapi dari setiap kegagalan dan keberhasilan, ups and downs, kuliah gw (which is physics; that encompasses the entire universe ~.~), apa yang gw nikmatin dari suatu game, film, atau bahkan pertandingan bola, pergumulan gw dengan teman2, panggilan hidup, pasangan hidup, pelayanan, keluarga, apapun itu. Karena gw yakin:
"Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia..." ~Roma 8:28
so, keep baby-stepping guys!

#and for future Ray: ketika lu sempat malas melanjutkan blog ini dan masih punya kesempatan baca ulang post ini, sampai ke kalimat ini, berarti lu udah taw apa yang harus lu lakukan:)

i should've done this earlier

wah 3 jam buat cari2 taw apa aja yang ada di blogger, gw ketemu istilah2 aneh, salah satunya dashboard
dashboard for dummies
dan gw baru ngerti kalo dari 1 account, kita bisa buat beberapa blog, dan di tiap blog kita bisa post berbagai macam tulisan. dan kita bisa atur2 layout, atur2 fontsize, fontstyle, oh2 kita juga bisa atur template blog kita. yahh, masi banyak sih feature2 yg masi bisa diexplore dan gw cari taw, tapi buat skg, I'm feelin'
Postingan pertama gw tentu akan jadi hallmark buat gw, ini akan menjadi reminder gw for the rest of my life: why I've decided to create google account; one thing leads to another, sampai akhirnya gw bisa buat blog dan posting ini. hohoho (:

Keadaannya adalah dalam waktu 2 minggu trakhir bulan November 2011:

  1. HPDT lagi burukkk bgt, ga menikmati jam doa atau saat teduh sama sekali, bawaanya malas mendoakan pokok2 doa yang uda dibagikan 
  2. Gw lagi merasa jenuh dan lelah dari semua kegiatan yang gw jalani, tugas2 kuliah (laporan praktikum, proyek alat) dan pelayanan (sebagai PO natal, gw harus melayani panitia, kabid2, memperhatikan, menyemangati, menolong)
  3. Worst of all, gw merasa sendirian. Not literally alone; gw selalu bisa ketawa2 di kampus, bisa KK tiap minggu, nonton Johny English dan Tintin, nonton bola, tapi entah napa gw merasa gw sendirian dalam melakukan kegiatan gw.
Gw sadar sumber segala kejenuhan, kepenatan, kelelahan, kesepian yang gw rasakan bukan karena gw kurang dapet perhatian dari orangtua, PKK gw ka Chrisna, TKK2 gw, temen2 persekutuan/kuliah, atau siapapun. Gw sendiri sudah sadar gw jauh dari Tuhan, sumber kehidupan, kekuatan, penghiburan, pengharapan, yang selalu ada, setia, dan siap menolong gw tepat pada waktunya

Sayangnya, gw cuma berhenti di tahap "menyadari"*gleekk

Gw gak mau datang ke Tuhan, gw merasa diri gak layak, apalagi di saat2 kek bgni gw mencoba cari penghiburan dari temen2 atau aktivitas2 yg trnyata malah membuat gw semakin bersalah di hadapan Tuhan :( Yup, dosa membelenggu. Dosa membuat kita segan untuk datang ke Tuhan. Ketika kita gagal dalam pencobaan (more about that later) dan akhirnya kita jatuh dalam dosa, ada 2 hal yang bisa kita lakukan:
"...marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya" ~Ibrani 4:16
atau
kita merenung terlalu lama atas dosa kita, menyesali meratapi diri terlalu lama, sampai akhirnya dosa menghalangi kita melihat kasih Tuhan yang selalu ada buat kita. Yup, gw sempat berada dalam keadaan dimana dosa mengalahkan kasih Tuhan
Bersyukur Tuhan gak pernah ninggalin. Sempat ditegur lewat tema adven 1 saat ke gereja di GKI Depok: "dimana dan sedang apakah engkau?", diingatin lewat buku yang sedang gw baca -Purpose Driven Life- (juga, more about that later), gw bisa dimampukan bangkit dan memberanikan diri datang ke Tuhan.

Ga semudah itu melawan belenggu dosa dan memberanikan diri datang ke Tuhan, butuh perjuangan. Gw ga bisa berdoa dgn berkata2 malam itu, bahkan berdoa di dalam hati juga gak kuat. Gw sampai harus menuliskan doa gw di secarik kertas seolah2 mau kirim surat ke Tuhan karena gw bener2 ga bisa membayangkan berdoa ke Tuhan: face-to-face dengan Tuhan. Sekuat itu belenggu dosa.

Tapi, di tengah2 nulis surat, gw menangis (ga nyangka akhirnya gw bisa menulis kalimat S+P kek bgtu, hahaha). Gw sadar gw menangis saat itu karena 2 hal:

  1. gw menyesali dosa dan kesalahan yang udah gw perbuat, plus sikap2 ngeyel gw ga mau segera datang kepadaNya
  2. gw sadar gw (bahkan setiap manusia) adalah kesukaanNya, dirancang untuk menjadi kesukaan Allah. Dia tersenyum saat melihat gw bisa tertidur pulas, Dia menangis saat gw bersedih dan menangis, Dia menolong saat gw terjatuh dan terluka
"Karena kasih-Nya Allah telah memutuskan bahwa melalui Yesus Kristus, Dia akan menjadikan kita anak-anakNya, inilah kesenangan dan tujuanNya" ~Efesus 1:5 (TEV)
Di saat itu, gw yakin Tuhan lagi membentuk gw semakin dewasa. Gw kembali diingatkan bahwa kasih Tuhan lebih berkuasa dari apapun, sekalipun dosa terburuk kita. Terkadang kita merasa dosa kita lebih hebat dari kasih Tuhan, kita merasa dosa kita tidak mungkin terampuni, parahnya lagi kita merasa diri kita mampu mengatasi dosa itu sendiri. tapi itu semua
 
Hanya Tuhan dan semata-mata kasihnya yang memampukan kita bangkit dari dosa dan kembali menikmati persekutuan denganNya. Kasih Tuhan memulihkan setiap HPDT yang terbengkalai, pengharapan di dalamNya menyegarkan jiwa yang penat dan letih, penyertaanNya yang setia menemani dan menguatkan kita dalam keseharian kita.

Jadii... mari kita selalu berusaha bangkit dari kegagalan dan dosa kita, karena Dialah
"...Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa." ~Ibrani 4:15
 #Lalu apa hubungan ini semua dengan tiba2 buat blog tengah malem bgni? tenang ajaa. We'll get there sooner or later :)