
Makanya, ketika perayaan malem natal di gereja, masuk di prosesi penyalaan lilin, mata gw selalu berkaca2, bulu kuduk berdiri, kagum sekaligus bersukacita atas kedatangan Tuhan yang menyelamatkan kita. Tapi tahun ini ada perasaan yang berbeda. Ketika lilin yg gw pegang udah menyala, jemaat menyanyikan lagu "malam kudus" dengan khidmat, selesai bait 1, masuk ke bait 2, jemaat menyanyi tanpa ada iringan musik dari ensamble. Bener2 hanya suara jemaat yang menggema menyanyikan lagu malam kudus! Gw secara pribadi gak taw itu kesalahan sound system atau memang aransemennya seperti itu, karena di bait 3, musik kembali mengiringi jemaat bernyanyi.
Nah di bait kedua inilah, ada perasaan yang berbeda bangeettttt. Bayangkan keadaannya hanya sekumpulan jemaat yang sama2 bernyanyi sambil memegang lilin di depan mereka tanpa ada alunan musik yang mengiringi. Gw bahkan sempat menegok ke kanan-kiri sekilas. Di saat itu, hal pertama yang gw rasakan adalah kekosongan, kehampaan. Gw merasa kita (atau mungkin sebenernya diri gw sendiri doank) hanyalah jemaat yang memegang lilin, menyanyikan lagu malam kudus karena itulah liturgi tahunan perayaan malam natal kita. Gw merasa rasa kagum dan sukacita yang selalu gw demen2in itu hanya karena bantuan musik yang mengiringi gw menyanyi ditambah suasana remang karena lilin.
*sekedar intermezzo, mungkin ketika ada yang baca tulisan gw sampai sejauh ini, ada yang mikir, "Ngapain sih ini orang ngejelasin panjang lebar apa yang dy demen kemudian ada hal aneh yang terjadi, lalu perlu dijelasin lagi? Mana sharing firmanNya? Itu yang penting kan?!" Okee, saat ini di kepala gw ada begitu banyak firman yang gw dapat dari berbagai persiapan minggu adven dan perayaan natal yang gw ikuti; gw berusaha untuk merangkainya menjadi sebuah pesan natal yang gw nikmati tahun ini. Jadi gw cuma bisa bilang "Tenang dulu yaa, we'll get there":)
Sepanjang perjalanan pulang dari gereja, karena macet (emang lagi jam2nya semua gereja bubaran kebaktian malam natal), gw sempet bengong2 di mobil. Gw berpikir, "Bagaimana jika natal yang sesungguhnya adalah seperti itu? Natal bukanlah momen sukacita, natal bukanlah momen "merry" seperti pada sms, bbm, atau status facebook "merry christmas" orang2 kebanyakan, tetapi natal adalah momen miris melihat bayi Yesus lahir di palungan yang kotor dan bau (yahh namanya juga kandang, dibersihkan tapi tetep aja ada aromanya kan?), natal adalah momen "malam sunyi senyap" seperti pada lagu malam kudus, natal adalah momen dukacita karena bayi Yesus "mengalami penolakan dimana2" sehingga akhirnya harus lahir di tengah suasana kesederhanaan dan kepapahan?
Yup, kalau kita perhatikan, momen kelahiran Yesus bukanlah momen sukacita waktu itu. Dari serangkaian peristiwa yang terjadi seputar kelahiran-Nya, hanya ada 1 momen sukacita, yaitu ketika ada paduan suara malaikat memberitahukan berita kelahiran Yesus pada gembala. Sisanya, bukanlah momen yang menurutku bisa dikategorikan "sukacita". Maria dan Yusuf kesulitan mencari penginapan ketika Maria hendak bersalin, Raja Herodes mencari-cari bayi Yesus yang menurut dirinya "mengancam" kekuasaannya, orang2 Majus hanya mengandalkan bintang terang untuk menemukan bayi Yesus. Gw merasa saat itu orang2 ini mungkin gak bisa secara langsung merasakan sukacita mempersiapkan kelahiran-Nya di dunia.
Namun, di tengah kemiskinan, kesederhanaan, kepapahan inilah, Allah memakai suasana ini untuk menggenapi rencana-Nya. Seandainya bayi Yesus bisa mendapatkan penginapan yang layak di tempat yang tertutup, mungkin ceritanya akan berbeda. Lahirnya Yesus di tempat sederhana, terbatas, dan papah memungkinkan baik gembala yang tidak berpendidikan dan berbeban berat maupun orang2 Majus yang pintar, kaya, dipandang tinggi secara sosial bisa menjangkau diri-Nya. Ini pula yang menjadi teladan kita dalam memaknai natal kali ini:
kita bisa membuka hidup kita untuk diakses sesama kita untuk memperlihatkan kemuliaan Tuhan. Bahkan jauh lebih daripada itu, kita beroleh pengharapan penuh kepada Tuhan di tengah segala keterbatasan, kepapahan, dan kesulitan hidup.
Saat ini kita bisa bersyukur dan bersukacita mengetahui mengapa Yesus mau datang ke dunia. Gw ga perlu jelaskan lagi karena perenungan tentang hal ini pasti udah sering banget dibukakan kepada kita (yahh.. singkat jawabnya adalah kasih-Nya untuk menyelamatkan diri kita). Hal yang menjadi perenungan gw secara pribadi tahun ini adalah apakah kita telah menerima-Nya di dalam hidup kita? Seringkali kita menolak Yesus sama seperti ketika waktu Yesus datang pertama kali ke dunia. "Gimana mungkin gw menolak Dia? Gw udah Kristen dari dulu, aktif gereja-pelayanan! Persembahan paling banyak!" Yesus berkata dalam salah satu perumpamaan-Nya, "Ketika Aku lapar, haus, seorang asing, telanjang, sakit dan di penjara, bilamana kau melayani-Ku?" (bdk. Matius 25:31-46)
Perenungan momen natal tahun ini mengajak kita untuk bisa merendahkan hati di hadapan Tuhan dan sesama, memberi diri untuk dipakai Tuhan seturut rancangan-Nya. Lagi-lagi, hanya ada 1 alasan sekaligus teladan mengapa kita perlu melakukan ini semua:
"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." ~ Filipi 2:5-7Kerendahan hati-Nya terwujud melalui penjelmaan-Nya sebagai manusia. Dia yang adalah Allah, sang pencipta, menjadi setara dengan manusia, yang adalah ciptaan. Tidak berhenti di situ, Dia memilih jalan yang berbeda seluruhnya. Dia lahir di dalam keadaan yang hina, berkarya melalui pelayanan-Nya, menempuh jalan penderitaan, mati di dalam keadaan yang hina. Semua dilakukan hanya untukmu, untuk gw, untuk kita. Apakah sukacita semata adalah respon terbaik yang bisa kita berikan atas kasih-Nya? Apakah kenyamanan dan kehangatan berkumpul setahun sekali dengan keluarga dan gereja adalah keuntungan ternikmat dari peringatan akan kedatangan-Nya? Apakah lagu2 natal dan persembahan puji2an adalah persembahan yang terbaik yang dapat kita berikan atas kelahiran-Nya? Kiranya perenungan natal setiap kita boleh mempersiapkan diri kita lebih baik lagi dalam menghayati kedatangan-Nya di dunia. Kita bisa semakin diperlengkapi menjalani pelayanan, studi, pekerjaan, atau kesibukan kita sehari-hari.
Merry Christmas 2011! Selamat bersukacita dan berkarya melalui teladan kasih dan kerendahan hati-Nya di dalam keseharian kita! God Bless!
*That awesome moment ketika sampai sejauh ini, gw baru sadar, bahwa hanya karena gw mengalami momen "menyanyikan lagu malam kudus tanpa diiringi musik untuk 1 bait aja", gw dimampukan Tuhan untuk boleh me-refresh pikiran sejauh ini dan menulis sepanjang ini. To God be The Glory!