Kedua, adalah pembinaan PKK (P2K2) hari Jumat 13 April yang lalu. Ini adalah P2K2 ke-2 (ribet amat sih yang nyingkat2 namanya) dalam semester genap. Temanya adalah Perlengkapan Rohani. Pembicaranya adalah Mas Pur, yang mengambil teladan tokoh Perjanjian Lama, yaitu Ezra. Ketika berbicara mengenai Kelompok Kecil (KK), seringkali kita mengambil teladan Yesus atau Paulus (yang jelas terlihat pelayanan KK-nya), namun Mas Pur mengajak kita kali ini belajar mengenai teladan dari Ezra yang dapat diterapkan dalam pelayanan KK.
Perikopnya diambil dari Ezra 7:1-10. Mas Pur membaginya menjadi 3 garis besar yang mau dipelajari: tujuan KK, kualitas seorang PKK, dan cara menjadi seorang PKK berkualitas. Mari kita tinjau ketiga hal tersebut.
Tujuan
Mengapa Ezra berangkat ke Yerusalem? Di dalam ayat 1, dinyatakan: “Kemudian dari pada semuanya ‘itu’, …” Apakah ‘itu’ itu? Yup, jika kita mau melihat di pasal sebelumnya, yaitu pasal 5-6, kita melihat bagaimana bangsa Israel telah berhasil membangun bait Allah kembali. Keberhasilan pembangunan bait Allah ini melambangkan bangsa Israel yang bebas/merdeka dari masa pembuangan di Babel. Bait Allah adalah pusat hidup bangsa Israel. Namun, bait Allah belum berfungsi sebagaimana mestinya, belum ada imam dan pemimpin ibadahnya. Oleh karena itu, Allah mengirim Ezra menjadi imam di dalam bait Allah dengan tujuan:
- Allah ingin Firman Tuhan kembali diberitakan
- Bangsa Israel dapat beribadah kembali kepada Allah
Mas Pur sempat bertanya, jika dulu bangsa Israel juga telah memiliki bait Allah di tanah perjanjian, namun mengapa Allah mengijinkan bait Allah itu dihancurkan dan mereka mengalami pembuangan ke Babel? Jawabannya jelas: karena bait Allah tidak berfungsi sebelumnya. Bangsa Israel memiliki bait Allah namun mereka lebih memilih bukit-bukit penyembahaan dewa Baal. Oleh karena itu, Allah mengijinkan bait Allah dihancurkan dan mereka dibuang ke Babel.
So what? Apa hubungannya dengan KK? Kita dapat melihat Bait Allah di masa Ezra sebagai KK kita saat ini. Apakah KK kita telah berfungsi sebagaimana mestinya? Apakah sebagai seorang PKK kita telah menjalankan dengan baik tujuan Allah mengirim kita ke dalam sebuah KK: memberitakan Firman Tuhan dan supaya KK kita dapat beribadah kepada Tuhan?
Berbicara mengenai kelompok, Mas Pur bertanya: “’Kelompok’ itu ciptaan siapa? Manusia atau Tuhan?” Jika melihat di Kejadian 1:27, Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya: laki-laki dan perempuan. Yaahh, jangan kecepetan mikir harus berkelompok pasangan laki-perempuan, itu beda pembahasan lagi, tapi yang mau ditekankan disini adalah ‘kelompok’ diciptakan Allah supaya gambar Allah bisa saling menguatkan (karena kita tahu, di dalam pasal-pasal berikutnya, gambar Allah rusak karena dosa). Mas Pur menyimpulkan, purpose dari kelompok ini, atau dalam konteks kita yaitu KK, adalah agar Karakter Allah dalam manusia dapat dipertahankan. Oleh karena itu, setiap Firman Tuhan yang diberitakan dan ibadah yang terjadi di dalam KK kita semua kembali pada purpose utama: Karakter Allah dalam manusia dapat dipertahankan.
Mari kita melihat kembali kondisi KK kita selama ini. Apakah kita menjalankan pertemuan KK hanya karena tradisi, tanpa ada tujuan? Tentu ada perbedaan yang jelas ketika seseorang memimpin dengan atau tanpa tujuan. Sekedar mencetuskan, Mas Pur menyarankan pengurus bidang KK mencoba mengevaluasi PKK bukan sekedar dengan pertanyaan “udah pertemuan berapa kali?” atau “udah masuk sampai MHB bab berapa?” tetapi dengan beberapa pertanyaan ini: “Apakah AKK telah menggambarkan karakter Allah selama mengikuti KK?”, “Bagaimana dengan ups and downs AKK selama ini?” atau “Bagaimana dengan tujuan hidup AKK selama mengikuti KK?” Yahh, serem banget rasanya kalo ditanya seperti itu, tapi memang inilah yang menjadi kehendak Tuhan dan tentu pergumulan kita bersama.
Kualitas
Untuk menjelaskan mengenai ‘kualitas’, Mas Pur memfokuskan kita pada ayat 2-6. Ada 3 hal yang dapat ditarik dari ayat-ayat tersebut:
- Meyakini otoritas dari Allah
Tentu ada perbedaan ketika kita memimpin dengan keyakinan manusia atau memimpin dengan otoritas Allah. Keyakinan akan otoritas Allah memampukan seorang PKK untuk bisa memperjuangkan pertemuan KK dan memberikan pelayanan yang terbaik untuk setiap AKK-nya, entah itu menegur ketika AKK berbuat salah atau mendekati personal ketika AKK menjauh dari persekutuan, misalnya.
- Relasi dengan Firman
Di dalam ayat 6, Ezra dikatakan ahli kitab, mahir dalam Taurat Musa. Tentu hal ini berhubungan dengan kerinduan dan kemampuan seorang PKK untuk menggali alkitab (istilah kerennya, ber-PA) dan bisa memaknai setiap Firman Tuhan yang akan dibagikan kepada AKK-nya.
- Meyakini pemeliharaan Allah
Sama seperti Ezra yang “oleh karena tangan Tuhan, Allahnya, melindungi dia”, maka kita pun tidak memiliki alasan untuk tidak meyakini pemeliharaan Allah. Ada banyak kekhawatiran, ketakutan, dan keragu-raguan yang mungkin melanda diri kita sebagai PKK, namun yakinlah bahwa Allah akan selalu memelihara dan menolong kita dalam menjalankan kehidupan pribadi dan pelayanan KK kita.
Apa yang mau disimpulkan dari hal-hal di atas? Keyakinan otoritas Allah, relasi Firman Tuhan, serta keyakinan pemeliharan Tuhan menuntun baik PKK maupun AKK mengalami perubahan hidup yang tertuju kepada Tuhan. Sebagai contoh, Mas Pur mengatakan terkadang PKK menginginkan AKK yang sangaaaaatttttt baik, namun ketika AKK bukan sesuai keinginannya, apa kelanjutannya? Bagaimana sikap PKK ketika menghadapi AKK yang gak berubah2 kelakuan buruknya dari dulu? Apakah ditinggal begitu saja? Atau jangan2 PKK memperhatikan dan mengusahakan AKK-nya baik hanya agar tidak malu dengan sesama PKK lainnya? Mari kita meneladani Ezra dengan ketiga kualitasnya!
Cara
Bagian terakhir mengenai “bagaimana caranya?” dapat kita perhatikan dari ayat 7-10. Mas Pur berfokus di ayat 10, ada beberapa hal yang dapat diambil:
- Kata “bertekad” yang digunakan dalam ayat ini sama artinya dengan: set the heart, devoted, prepare, give his heart. “Bertekad” bukan saja semangat di awal, namun bersungguh-sungguh memberikan segala sesuatunya, mendedikasikan dirinya, mempersiapkan segalanya, untuk melakukan tugas tertentu. Demikian juga, apakah PKK telah “bertekad” untuk mempersiapkan diri dalam melayani AKK-nya?
- Ezra yang telah dikatakan ahli kitab, mahir dalam Taurat Musa, namun masih meneliti kembali Taurat Tuhan sesampainya di Yerusalem. Walaupun Ezra udah jago sejago-jagonya, tetapi dirinya masih mau terus belajar. Demikian juga, sejauh mana PKK mau terus belajar? Mau mencari buku2 bacaan yang tepat dan dapat memperluas pengertian? Mau mencari rekaman-rekaman khotbah yang dapat menolong dan menguatkan?
- Ezra memberi teladan kepada bangsa Israel dengan melakukan setiap Taurat Tuhan yang ditelitinya
- Ezra kemudian mengajar dan membimbing bangsa Israel mengenai Taurat Tuhan yang telah diteliti dan dilakukannya terlebih dahulu
Sekedar tambahan perspektif, kembali di ayat 10 secara lengkap dituliskan “Ezra telah bertekad untuk meneliti Taurat Tuhan dan melakukannya serta mengajar …” Dengan definisi “bertekad” sebelumnya, kita dapat melihat bagaimana Ezra mempersiapkan dirinya untuk melakukan ketiga hal tersebut: meneliti, melakukan, dan mengajar. Hal lain yang perlu kita perhatikan adalah urutan Ezra mengerjakannya. Terkadang sebagai PKK, kita mungkin lebih sering mengajar, meneliti, baru kemudian melakukan. “Yang penting disampaikan dulu deh apa yang kita pahami dan patut untuk disampaikan, tapi kalo masalah udah melakukan atau belummm, nanti dulu deh…” Semoga kita bisa meneladani Ezra dalam melakukan pelayanan KK kita.
Mas Pur kemudian mengajak kita melihat hal lain, yaitu dari Ezra pasal 9. Di dalam pasal itu, diceritakan ternyata bangsa Israel jatuh ke dalam dosa perkawinan campur. Lalu kemudian Ezra berdoa kepada Allah. Kesetiaan seorang PKK untuk terus mendoakan AKK-nya sangatlah diperlukan. Kita tidak tahu kapan AKK kita jatuh ke dalam dosa atau mengalami kegagalan di hadapan Allah. Kita juga tidak tahu kapan saatnya AKK kita merasa jauh dari Tuhan, merasa sendiri dalam menghadapi masalah atau tantangan di depannya. Namun, ketekunan kita untuk selalu mendoakan AKK sangatlah berharga di hadapan Tuhan. Jangan pernah putus harapan di dalam doa kita untuk setiap AKK kita!
Terakhir, di pasal 10, Ezra melakukan tindakan nyata untuk menolong bangsa Israel meninggalkan dosanya. Ada kasih dalam perbuatannya. Bagaimana dengan diri kita sebagai PKK? Sudahkah ada kasih yang mau menggerakan kita melakukan tindakan nyata untuk melayani AKK, menolong AKK yang kesulitan, atau bergumul bersama AKK untuk meninggalkan dosa?
Mari, melalui teladan Ezra, kita semakin memperlengkapi diri dan memberikan pelayanan yang terbaik untuk kemuliaan Allah. Selamat bertumbuh dan berjuang para PKK! God Bless!
No comments:
Post a Comment