take baby steps along the way and in the end you will have reached your goal!

Sunday, April 15, 2012

God's Big Story

Dalam Persekutuan Universitas Indonesia (PUI) kemarin yang bertemakan "Discipleship in Post-Modern Era", ada satu hal menarik yang dibagikan Bang Alex, yaitu mengenai God's Big Story. Mungkin aku belum sempet buat ringkasan dari apa yang dibagikan oleh Bang Alex secara keseluruhan. Tapi secara garis besar, Bang Alex menyampaikan Firman Tuhan yang diambil dari 2 Timotius 4:1-6, kemudian ada beberapa penjelasan singkat mengenai Post-Mo. Di tengah pembahasan Post-Mo ini, topik God's Big Story muncul dan dibagikan. (Aku sendiri lupa kenapa tiba2 bisa muncul topik ini, entah ini awalnya dari pertanyaan orang atau pelengkap penjelasan yang Bang Alex bukakan sendiri). Dari kemarin lagi nyoba2 cari lagi sendiri tentang hal ini buat dipelajarin (yah dilihat2 lah) dan akhirnya dapet satu penjelasan yang menurutku cukup memuaskan rasa ingin tahuku sendiri untuk saat ini. 


Tadinya mau nyari video yang ditampilin Bang Alex waktu PUI, sayangnya gak ketemu. Tapi video yang ini menyampaikan hal yang sama dan naratornya lebih lambat dalam menjelaskan, sehingga mungkin bisa lebih jelas buat kita yang gak terlalu cepat nangkep (soalnya kan pake bahasa Inggris, siapa tahu ada yang kesulitan kan?)

Inti yang mau disampaikan Bang Alex adalah terkadang kita sering "meng-korting" (ada gak sih istilahnya itu? nulisnya bener gak?) Injil yang diberitakan. Injil yang kita seolah2 "terima" dan "bagikan" dimulai dari Kejadian 3 (manusia jatuh ke dalam dosa) dan diakhiri di Wahyu 20 (penghakiman manusia). Akibatnya kita hanya menyadari keberdosaan diri kita sendiri dan berhenti pada keselamatan diri kita sendiri. Pertanyaannya adalah: bagaimana dengan ciptaan Allah yang lain? Dunia dan segala isinya? Padahal di dalam Kejadian 1-2, Allah menciptakan dunia dan segala isinya; Allah melihat seluruhnya amat baik; dan di dalam Wahyu 21-22, Allah juga menyelamatkan dunia dan segala isinya.

Buatku pribadi, ini adalah hal yang menarik karena aku mendapati memang benar banyak orang yang berhenti pada keselamatan diri sendiri. Semoga setelah kita diperbaharui pemahamannya, pikiran atau perbuatan yang mungkin tadinya masih kurang tepat bisa berubah tertuju pada kehendak Tuhan, dan kita bisa terus bertumbuh dan berjuang melakukan bagian kita dalam God's Big Story!

Let's find our part in His Big Story! God Bless

Ayo dibina! - 2

Kedua, adalah pembinaan PKK (P2K2) hari Jumat 13 April yang lalu. Ini adalah P2K2 ke-2 (ribet amat sih yang nyingkat2 namanya) dalam semester genap. Temanya adalah Perlengkapan Rohani. Pembicaranya adalah Mas Pur, yang mengambil teladan tokoh Perjanjian Lama, yaitu Ezra. Ketika berbicara mengenai Kelompok Kecil (KK), seringkali kita mengambil teladan Yesus atau Paulus (yang jelas terlihat pelayanan KK-nya), namun Mas Pur mengajak kita kali ini belajar mengenai teladan dari Ezra yang dapat diterapkan dalam pelayanan KK.

Perikopnya diambil dari Ezra 7:1-10. Mas Pur membaginya menjadi 3 garis besar yang mau dipelajari: tujuan KK, kualitas seorang PKK, dan cara menjadi seorang PKK berkualitas. Mari kita tinjau ketiga hal tersebut.

Tujuan
Mengapa Ezra berangkat ke Yerusalem? Di dalam ayat 1, dinyatakan: “Kemudian dari pada semuanya ‘itu’, …” Apakah ‘itu’ itu? Yup, jika kita mau melihat di pasal sebelumnya, yaitu pasal 5-6, kita melihat bagaimana bangsa Israel telah berhasil membangun bait Allah kembali. Keberhasilan pembangunan bait Allah ini melambangkan bangsa Israel yang bebas/merdeka dari masa pembuangan di Babel. Bait Allah adalah pusat hidup bangsa Israel. Namun, bait Allah belum berfungsi sebagaimana mestinya, belum ada imam dan pemimpin ibadahnya. Oleh karena itu, Allah mengirim Ezra menjadi imam di dalam bait Allah dengan tujuan:
  1. Allah ingin Firman Tuhan kembali diberitakan
  2. Bangsa Israel dapat beribadah kembali kepada Allah

Mas Pur sempat bertanya, jika dulu bangsa Israel juga telah memiliki bait Allah di tanah perjanjian, namun mengapa Allah mengijinkan bait Allah itu dihancurkan dan mereka mengalami pembuangan ke Babel? Jawabannya jelas: karena bait Allah tidak berfungsi sebelumnya. Bangsa Israel memiliki bait Allah namun mereka lebih memilih bukit-bukit penyembahaan dewa Baal. Oleh karena itu, Allah mengijinkan bait Allah dihancurkan dan mereka dibuang ke Babel.
So what?  Apa hubungannya dengan KK? Kita dapat melihat Bait Allah di masa Ezra sebagai KK kita saat ini. Apakah KK kita telah berfungsi sebagaimana mestinya? Apakah sebagai seorang PKK kita telah menjalankan dengan baik tujuan Allah mengirim kita ke dalam sebuah KK: memberitakan Firman Tuhan dan supaya KK kita dapat beribadah kepada Tuhan?

Berbicara mengenai kelompok, Mas Pur bertanya: “’Kelompok’ itu ciptaan siapa? Manusia atau Tuhan?” Jika melihat di Kejadian 1:27, Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya: laki-laki dan perempuan. Yaahh, jangan kecepetan mikir harus berkelompok pasangan laki-perempuan, itu beda pembahasan lagi, tapi yang mau ditekankan disini adalah ‘kelompok’ diciptakan Allah supaya gambar Allah bisa saling menguatkan (karena kita tahu, di dalam pasal-pasal berikutnya, gambar Allah rusak karena dosa). Mas Pur menyimpulkan, purpose dari kelompok ini, atau dalam konteks kita yaitu KK, adalah agar Karakter Allah dalam manusia dapat dipertahankan. Oleh karena itu, setiap Firman Tuhan yang diberitakan dan ibadah yang terjadi di dalam KK kita semua kembali pada purpose utama: Karakter Allah dalam manusia dapat dipertahankan.

Mari kita melihat kembali kondisi KK kita selama ini. Apakah kita menjalankan pertemuan KK hanya karena tradisi, tanpa ada tujuan? Tentu ada perbedaan yang jelas ketika seseorang memimpin dengan atau tanpa tujuan. Sekedar mencetuskan, Mas Pur menyarankan pengurus bidang KK mencoba mengevaluasi PKK bukan sekedar dengan pertanyaan “udah pertemuan berapa kali?” atau “udah masuk sampai MHB bab berapa?” tetapi dengan beberapa pertanyaan ini: “Apakah AKK telah menggambarkan karakter Allah selama mengikuti KK?”, “Bagaimana dengan ups and downs AKK selama ini?” atau “Bagaimana dengan tujuan hidup AKK selama mengikuti KK?” Yahh, serem banget rasanya kalo ditanya seperti itu, tapi memang inilah yang menjadi kehendak Tuhan dan tentu pergumulan kita bersama.

Kualitas
Untuk menjelaskan mengenai ‘kualitas’, Mas Pur memfokuskan kita pada ayat 2-6. Ada 3 hal yang dapat ditarik dari ayat-ayat tersebut:
  • Meyakini otoritas dari Allah

Tentu ada perbedaan ketika kita memimpin dengan keyakinan manusia atau memimpin dengan otoritas Allah. Keyakinan akan otoritas Allah memampukan seorang PKK untuk bisa memperjuangkan pertemuan KK dan memberikan pelayanan yang terbaik untuk setiap AKK-nya, entah itu menegur ketika AKK berbuat salah atau mendekati personal ketika AKK menjauh dari persekutuan, misalnya.
  • Relasi dengan Firman

Di dalam ayat 6, Ezra dikatakan ahli kitab, mahir dalam Taurat Musa. Tentu hal ini berhubungan dengan kerinduan dan kemampuan seorang PKK untuk menggali alkitab (istilah kerennya, ber-PA) dan bisa memaknai setiap Firman Tuhan yang akan dibagikan kepada AKK-nya.
  • Meyakini pemeliharaan Allah

Sama seperti Ezra yang “oleh karena tangan Tuhan, Allahnya, melindungi dia”, maka kita pun tidak memiliki alasan untuk tidak meyakini pemeliharaan Allah. Ada banyak kekhawatiran, ketakutan, dan keragu-raguan yang mungkin melanda diri kita sebagai PKK, namun yakinlah bahwa Allah akan selalu memelihara dan menolong kita dalam menjalankan kehidupan pribadi dan pelayanan KK kita.

Apa yang mau disimpulkan dari hal-hal di atas? Keyakinan otoritas Allah, relasi Firman Tuhan, serta keyakinan pemeliharan Tuhan menuntun baik PKK maupun AKK mengalami perubahan hidup yang tertuju kepada Tuhan. Sebagai contoh, Mas Pur mengatakan terkadang PKK menginginkan AKK yang sangaaaaatttttt baik, namun ketika AKK bukan sesuai keinginannya, apa kelanjutannya? Bagaimana sikap PKK ketika menghadapi AKK yang gak berubah2 kelakuan buruknya dari dulu? Apakah ditinggal begitu saja?  Atau jangan2 PKK memperhatikan dan mengusahakan AKK-nya baik hanya agar tidak malu dengan sesama PKK lainnya? Mari kita meneladani Ezra dengan ketiga kualitasnya!

Cara
Bagian terakhir mengenai “bagaimana caranya?” dapat kita perhatikan dari ayat 7-10. Mas Pur berfokus di ayat 10, ada beberapa hal yang dapat diambil:
  • Kata “bertekad” yang digunakan dalam ayat ini sama artinya dengan: set the heart, devoted, prepare, give his heart. “Bertekad” bukan saja semangat di awal, namun bersungguh-sungguh memberikan segala sesuatunya, mendedikasikan dirinya, mempersiapkan segalanya, untuk melakukan tugas tertentu. Demikian juga, apakah PKK telah “bertekad” untuk mempersiapkan diri dalam melayani AKK-nya?
  • Ezra yang telah dikatakan ahli kitab, mahir dalam Taurat Musa, namun masih meneliti kembali Taurat Tuhan sesampainya di Yerusalem. Walaupun Ezra udah jago sejago-jagonya, tetapi dirinya masih mau terus belajar. Demikian juga, sejauh mana PKK mau terus belajar? Mau mencari buku2 bacaan yang tepat dan dapat memperluas pengertian? Mau mencari rekaman-rekaman khotbah yang dapat menolong dan menguatkan?
  • Ezra memberi teladan kepada bangsa Israel dengan melakukan setiap Taurat Tuhan yang ditelitinya
  • Ezra kemudian mengajar dan membimbing bangsa Israel mengenai Taurat Tuhan yang telah diteliti dan dilakukannya terlebih dahulu

Sekedar tambahan perspektif, kembali di ayat 10 secara lengkap dituliskan “Ezra telah bertekad untuk meneliti Taurat Tuhan dan melakukannya serta mengajar …” Dengan definisi “bertekad” sebelumnya, kita dapat melihat bagaimana Ezra mempersiapkan dirinya untuk melakukan ketiga hal tersebut: meneliti, melakukan, dan mengajar. Hal lain yang perlu kita perhatikan adalah urutan Ezra mengerjakannya. Terkadang sebagai PKK, kita mungkin lebih sering mengajar, meneliti, baru kemudian melakukan. “Yang penting disampaikan dulu deh apa yang kita pahami dan patut untuk disampaikan, tapi kalo masalah udah melakukan atau belummm, nanti dulu deh…” Semoga kita bisa meneladani Ezra dalam melakukan pelayanan KK kita.

Mas Pur kemudian mengajak kita melihat hal lain, yaitu dari Ezra pasal 9. Di dalam pasal itu, diceritakan ternyata bangsa Israel jatuh ke dalam dosa perkawinan campur. Lalu kemudian Ezra berdoa kepada Allah. Kesetiaan seorang PKK untuk terus mendoakan AKK-nya sangatlah diperlukan. Kita tidak tahu kapan AKK kita jatuh ke dalam dosa atau mengalami kegagalan di hadapan Allah. Kita juga tidak tahu kapan saatnya AKK kita merasa jauh dari Tuhan, merasa sendiri dalam menghadapi masalah atau tantangan di depannya. Namun, ketekunan kita untuk selalu mendoakan AKK sangatlah berharga di hadapan Tuhan. Jangan pernah putus harapan di dalam doa kita untuk setiap AKK kita!

Terakhir, di pasal 10, Ezra melakukan tindakan nyata untuk menolong bangsa Israel meninggalkan dosanya. Ada kasih dalam perbuatannya. Bagaimana dengan diri kita sebagai PKK? Sudahkah ada kasih yang mau menggerakan kita melakukan tindakan nyata untuk melayani AKK, menolong AKK yang kesulitan, atau bergumul bersama AKK untuk meninggalkan dosa?

Mari, melalui teladan Ezra, kita semakin memperlengkapi diri dan memberikan pelayanan yang terbaik untuk kemuliaan Allah. Selamat bertumbuh dan berjuang para PKK! God Bless!

Saturday, April 14, 2012

Ayo dibina! - 1

Halo teman2, bersyukur banget ketika ada begitu banyak pembinaan yang boleh aku nikmatin secara pribadi dalam 4 hari terakhir ini. Di tengah tugas ekspansi multipol, PR termodinamika, kuis fismod 2, tapi adalah kerinduanku terbesar untuk bisa berbagi bersama apa yang aku nikmatin. Sekalian, siapa tahu temen2 yang gak keburu datang bisa ada gambaran mengenai Firman Tuhan yang disampaikan dan bisa PA-in perikopnya lagi lebih dalam. Yuk mari kita lihat satu per satu.

Pertama, adalah pembinaan CPKK hari Kamis 12 April lalu. Tema pembinaan CPKK yang pertama ini adalah 4P (Penginjilan, Pemuridan, Pelipatgandaan, Pengutusan). Yup, inilah dasar utama kehidupan kita sebagai murid Kristus yang telah diselamatkan dan menikmati kasih-Nya. Firman ini dibawakan oleh Bang Ronald Oroh (Bang RO), dengan mengambil ayat dari Matius 28:19-20. Ayat ini tentu udah gak asing lagi buat kita:

“Karena itu, pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Oke, kita langsung masuk pada tiap-tiap “P” di atas.
“P” pertama adalah penginjilan. Ada banyak cara penginjilan: PI pribadi, friendship evangelism, KKR, dan sebagainya. Kalo di MIPA, kita tahu ada PIPA (Pengabaran Injil melalui Pendalaman Alkitab) untuk maba2 yang datang dalam kampus MIPA. Perlu kita akui, terkadang kita kesulitan melakukan hal ini. Kita hanya “menunggu” maba2 yang “tersedia” dalam penerimaan mahasiswa baru, kemudian kita memberitakan Injil. Itupun kalau mereka mau, kalo gak yaaa.. sudah selesai begitu saja. Coba bayangkan, pernahkan kita yang justru bergerak mendekati mereka, memberitakan Kebenaran itu kepada mereka?

Berbicara lebih jauh lagi, ini hanya kita lakukan pada orang-orang yang mungkin sudah mengenal Kristus tapi secara istilah “belum dilahirkan kembali/belum lahir baru”. Bagaimana dengan orang-orang yang memang dari awal belum mengenal Kristus sama sekali? Bagaimana dengan mereka yang begitu merindukan Kebenaran itu namun belum menemukannya selama ini? “Habisnya takut nanti mereka nolak…”, “Aku belom jago ngomong, takut gak bisa jawab kalo ditanya yang aneh…” Teman2, ketika kita percaya bahwa Yesuslah the only way, maka adakah alasan untuk kita tidak bersedih hati atau tidak gelisah melihat orang-orang berjalan menuju kebinasaan?

Pengorbanan Yesus tidak berhenti sampai di keselamatan kita, tetapi keselamatan seluruh ciptaan-Nya. Dari semula, Allah adalah Raja. Dia lalu menciptakan dunia dan segala isinya. Allah kemudian menciptakan manusia sebagai wakil Allah untuk memimpin dunia merajakan Allah. Namun, manusia jatuh dalam dosa, bukan saja manusia tetapi seluruh dunia dan ciptaan-Nya jatuh ke dalam dosa. Tetapi Allah berkenan menyelamatkan kita karena kasih-Nya, melalui pengorbanan Yesus, untuk menebus dosa manusia. Ketika manusia diselamatkan, maka seluruh ciptaan-Nya juga diselamatkan-Nya, termasuk dunia dan segala isinya. Pertanyaannya, siapakah kita yang hanya berpuas diri ketika telah menerima keselamatan dari Allah tanpa memedulikan dunia di sekitar kita (baca: orang-orang di sekitar kita)? Siapakah kita yang hanya berdiam diri sedangkan kita sebagai wakil Allah yang bertugas memimpin dunia merajakan Allah?

“P” kedua adalah pemuridan. Dari ayat 20, kita dapat melihat bahwa Yesus menginginkan agar murid2 mengajarkan kepada seluruh bangsa apa yang telah Dia ajarkan kepada mereka. Secara terpisah, Yesus juga berkata bahwa Roh Kudus akan mengajarkan kepada mereka Kebenaran, yaitu keseluruhan alkitab yang merupakan Firman Tuhan.

Ada beberapa hal mengenai pemuridan yang dibukakan oleh Bang RO:
  • Wawasan
Saat ini, kita dapat menerapkan Biblical World View. Wuiihh, apaaan tuh? Ini adalah cara bagaimana kita menerapkan Kebenaran alkitab di dalam kehidupan kita dalam dunia ini. Untuk itu, kita memerlukan kemampuan PA yang baik dan pengertian teologi sistematika yang cukup. Apa maksudnya?

Secara umum kita dapat melihat ada 4 tahap dalam God’s Big Story: Creation, Fall, Redemption, dan Mission. Dari semula Allah menyatakan bahwa semua baik, bahkan Allah melihat manusia sangat baik (Creation). Namun, semua itu dicemari dosa (Fall). Allah kemudian menyelamatkan kita melalui pengorbanan Yesus Kristus supaya kita bisa beroleh perdamaian dengan Allah (Redemption). Dan Allah menyertai kita dalam memperbaiki dunia, membawa dunia (baca: jiwa) untuk Allah dalam kekudusan, kekekalan, kesempurnaan (Mission).

Hal ini menjadi menarik ketika kita melihat keberadaan kita sebagai mahasiswa MIPA. Apa KEUNIKAN orang Kristen di MIPA? Bagaimana integrasi Firman Tuhan dengan ilmu yang kita pelajari saat ini sebagai orang sains? Bang RO memberikan contoh: misalnya kita mempelajari ilmu biologi, maka kita perlu mempertanyakan mengapa ilmu itu ada? (Creation) Apakah ada yang salah/kurang tepat dengan ilmu itu? (Fall) Apa yang bisa diubah/ditransformasikan (Redemption) sehingga menjadi ilmu yang kudus dan sempurna di hadapan Tuhan (Mission)?

Lalu, apa hubungannya dengan KK? Hubungannya baik-baik saja. Namun, terkadang kita perlu mengingat, seringkali kita membedakan KK dengan perkuliahan. KK adalah perkumpulan “rohani” sedangkan perkuliahan/kelompok belajar adalah perkumpulan “sekuler”. Pemuridan yang sejati mencakup bukan hanya pengertian alkitab, tetapi juga bagaimana alkitab begitu berkaitan dengan ilmu yang kita pelajari dan keseharian kita.
  • Karakter
Tentu pemuridan juga mencakup perubahan karakter. Ini adalah suatu proses dan perjuangan bersama. Tiap orang tentu memiliki karakter yang berbeda dan dengan demikian proses dan perjuangan yang berbeda (ada yang cepat, ada yang lambat). Salah satu pertanyaan menarik yang ditanyakan Barry adalah “bagaimana seandainya PKK belum menjadi teladan?”

Yup, tentu itu menjadi kekhawatiran kita bersama. Kita merasa belum layak menjadi PKK dan itu adalah kewajaran! Apakah memang ada di antara kita yang sesungguhnya layak melayani Allah? Tidak ada! Ingat teman2, layaknya seorang budak yang telah dibayar lunas oleh tuannya, demikian kita adalah budak2 Kristus yang telah dibayar lunas oleh darah-Nya. Semua hanya karena anugerah Allah. Justru ketika Allah masih memberikan kesempatan untuk melayani-Nya, kita patut bersyukur. Selain itu, kita juga harus selalu peka dan siap dipakai Kristus dimanapun, kapanpun, sebagai apapun, seturut kehendak-Nya!

Satu hal juga perlu kita ingat bersama adalah teladanilah Kristus, baik itu PKK maupun AKK. Tentu AKK akan melihat bagaimana PKK berperilaku karena kita berbicara mengenai seorang “pemimpin”. Namun, tetap Kristuslah teladan utama. Seorang PKK bukan berarti dirinya telah sempurna dan berhenti bertumbuh, sebaliknya dia perlu untuk terus bergumul dan berjuang menjadi serupa dengan Kristus. Seorang PKK juga perlu terbuka kepada AKK-nya bahwa dirinya bukan malaikat, tetapi sama dengan mereka, adalah manusia yang bisa gagal.
  • Time management
Kemampuan mengatur waktu bukanlah sesuatu yang muncul tiba-tiba. Hal ini perlu dilatih sejak dini. Kita melihat Tuhan memberikan waktu 24 jam sama kepada semua orang tanpa terkecuali, namun mengapa ada yang bisa melakukan banyak aktivitas dan ada yang seolah-olah hidupnya selalu dikejar-kejar? Kuncinya adalah seberapa besar kita mau menaklukan diri sendiri (baca: keinginan untuk leha2, malas2an) untuk bisa berdisiplin dalam menggunakan waktu yang Tuhan telah berikan. Selain itu, penentuan prioritas yang sesuai kehendak Allah sangat diperlukan dalam menjalani pemuridan yang efektif dan berkenan di hadapan Allah.

“P” ketiga adalah pelipatgandaan. Setelah seseorang menjadi murid Kristus, maka bukan berarti selesai  sampai di situ. Kita memerlukan sosok “murid yang memuridkan”

Bayangkan jika dulu murid2 Yesus tidak memuridkan jemaat2 dimanapun Tuhan tempatkan mereka, maka bagaimana caranya Injil itu bisa tersebar sampai ke seluruh dunia dan segala bangsa termasuk diri kita saat ini? 

Bang RO menyampaikan adanya salah satu skill yang dapat mendukung seorang murid memuridkan kembali, yaitu public speaking. Mungkin kemampuan ini sering dianggap kemampuan sekuler atau tidak berkaitan, padahal kemampuan ini sangat membantu dan diperlukan, terutama ketika PKK berinteraksi dengan AKK. Yahh “se-public-public-nya”, berbicara dengan baik di depan dua atau tiga orang AKK juga bukan kemampuan yang dapat muncul dengan tiba-tiba jika tidak dilatih. Hal ini dapat dilatih dengan bergantian memimpin pertemuan KK, misalnya.

“P” terakhir adalah pengutusan. Kata “pergilah” dalam terjemahan bahasa Indonesia seolah-olah menunjukkan kata kerja aktif. Di dalam bahasa aslinya, kata ini digunakan dalam bentuk pasifnya, atau dengan kata lain artinya “didorong Tuhan untuk pergi.” Artinya murid yang siap memuridkan kembali bukan menjalankan tugasnya semata-mata karena keinginan atau kemampuan dirinya sendiri, tetapi karena Tuhan yang mendorong dan mengutusnya.

Salah satu hal lain yang dikemukakan bang RO adalah ketika seseorang pergi, maka seringkali yang menjadi pertanyaan adalah “mau pergi ke mana?” Namun, bang RO mengajak kita untuk memikirkan pertanyaan “mau pergi dari mana?” Jawaban dari pertanyaan “mau pergi ke mana?” tergantung dari Tuhan, Tuhan bisa menempatkan atau menyuruh kita pergi kemanapun yang Dia kehendaki. Namun, jawaban dari pertanyaan “mau pergi dari mana?” sudah begitu jelas: pergilah dari egoismemu, pergilah dari comfort zone-mu, pergilah dari segala ambisi pribadi dan mimpimu yang mungkin bukan sesuai dengan rencana Tuhan.

Kita ingat zaman dahulu murid2 Yesus berusaha untuk tetap di Yerusalem karena sudah merasa nyaman. Namun ketika Tuhan mengijinkan adanya penganiayaan, mereka harus pergi keluar dari kota Yerusalem. Apa hasilnya? Yah inilah kita salah satu hasil “kepergian” murid2 Yesus dari zona nyaman dan aman mereka.

Mari kita bisa taat dan tunduk akan perintah Tuhan, rela untuk pergi dan keluar dari kotak nyaman (apapun itu bentuknya bagi setiap kita) untuk mengabarkan Kebenaran itu. Kita melakukan/mengusahakan bukan apa yang bisa kita kontrol, tetapi mengerjakan apa yang Tuhan kontrol dan kendalikan dalam kehidupan kita!

Selamat bergumul teman2 (sesama) CPKK! God Bless!

Sunday, April 8, 2012

Mari jalan-jalan ke Emaus

Untuk memulai perenungan ini, mari kita bayangkan seorang anak yang lagi jalan-jalan di mall. Di tengah mall, lagi asyik2nya jalan, anak itu berpapasan dengan orangtuanya. Kemudian papa mama dari anak itu bertanya kepada dia, “Mau kemana nak?” Lalu anak itu menjawab “Mau ke bioskop om, tante! Om sama tante sendiri lagi mau kemana?” Pertanyaannya, apa yang sang orangtua pikir setelah anaknya menjawab seperti itu? Ada beberapa kemungkinan: “Ini anak kurang ajar! Dari kecil udah digedein, sekarang udah gede mau dikecilin lagi, hah?!” atau “Ini anak ada yang salah deh keknya! Lagaknya gak normal!” Kita bisa menyimpulkan kira-kira inilah yang mungkin dipikirkan sang orangtua.

Kondisi ini membantu kita memaknai dan merasakan kembali, bagaimana keadaan yang kita baca dalam perikop Lukas 24:13-49. Dikatakan pada hari itu, dua orang murid2 berjalan ke Emaus. Murid2 siapakah itu? Di dalam perikop ini dikatakan, mereka adalah murid2 Yesus, seorang bernama Kleopas dan satu lagi tak disebutkan namanya. Namun, pada ayat2 berikutnya, apakah mereka menunjukkan ciri-ciri sebagai murid Yesus?

Perjalanan ke Emaus ditulis kira-kira tujuh mil jauhnya. Tujuh mil itu kira-kira dari tempat makan mie babi (yah GKI Depok lah sama aja) ke stasiun Lenteng Agung. Waktu perjalanan mereka lebih dari cukup untuk mengenal rekan bicara mereka, terlebih lagi, rekan bicara yang telah bersama-sama dengan mereka selama lebih kurang 3 tahun. Apa yang membuat mereka tidak mengenali Yesus yang bangkit dan menjumpai mereka?

Lukas mencatat di ayat 21 bahwa mereka salah mengerti konsep Mesias yang Yesus sampaikan. Teriakan “hosanna” ketika Yesus masuk ke Yerusalem ternyata buat mereka kini tidak tergenapi. Mengapa? Karena sudah 3 hari, Yesus mati namun justru mereka mendapatkan mayat-Nya hilang. Mereka berpikir Yesus yang tadinya adalah Mesias yang akan menyelamatkan bangsa Israel berakhir mati di kayu salib. Lebih daripada itu, jika kita mau melihat lebih dalam, mereka sedih dan hilang kepercayaan. Itulah sebabnya mereka pergi ke kampung Emaus, dengan penuh keragu-raguan dan kesedihan. Pertanyannya adalah siapakah fokusnya? Diri mereka yang kehilangan “Mesias” atau Yesus yang telah mati untuk menebus dosa manusia?

Bagaimana dengan diri kita? Sebagai orang Kristen, kita mengamini momen paska adalah saat dimana Yesus yang telah mati untuk menebus dosa dan memberikan keselamatan kepada kita, bangkit untuk menggenapi penebusan itu. Tetapi sekarang, mari kita bertanya: ketika Yesus yang bangkit itu menjumpai kita, apa respon kita? Egoisme dan kepentingan sendiri terkadang membuat kita tidak mengenali Yesus yang bangkit dan menjumpai kita. Rasa marah, sedih, kecewa, tidak nyaman, bahkan kehilangan harapan sering membuat kita tidak mengenal Yesus yang mau menyapa kita melalui Firman-Nya. Atau mungkin, seringkali kita disibukkan dengan hal-hal lain: pelayanan kita yang (katanya) merupakan bentuk kasih kepada Tuhan, studi kita yang (katanya) merupakan bentuk pelayanan kita juga, pikiran2 kita yang (katanya) tertuju pada visi Tuhan, karena itu ketika Yesus yang bangkit menjumpai kita, kita tidak mengenal-Nya karena saking sibuknya.

Apa yang terjadi setelah murid2 menyadari bahwa rekan bicara mereka adalah Yesus? Yesus lenyap. Yup, Dia lenyap dari tengah-tengah mereka. Namun, bukan berarti kuasa-Nya juga lenyap. Kedua orang murid-Nya ini kemudian bergegas kembali menuju Yerusalem untuk menceritakan bagaimana perjumpaan mereka dengan Yesus yang telah bangkit. Perjalanan ke Emaus yang tadinya merupakan perjalanan pelarian, sekarang menjadi perjalanan yang memantapkan, yang menguatkan mereka untuk bisa berbagi dan bersaksi. Kuasa kebangkitan Yesus memampukan mereka untuk menjadi saksi kebangkitan-Nya!

Kembali lagi, bagaimana diri kita selama ini? Bertahun-tahun kita mengenang kematian Yesus dan merayakan kebangkitan-Nya, namun sudahkah kita menjadi saksi kebangkitan-Nya? Sudahkah kita menjadi saksi bagi karya keselamatan dan kasih-Nya atas manusia melalui perkataan, tingkah laku, dan pikiran kepada sesama kita dalam kehidupan sehari-hari? Sudahkah kita menemukan “jalan” yang memantapkan kita untuk berbagi, melayani dengan kasih, bersaksi atas Yesus yang berkuasa dalam hidup kita?

Teman2, batu itu telah berguling! Yesus yang bangkit menjumpai kedua orang murid-Nya di tengah perjalanan mereka melarikan diri dari kesedihan, kehilangan pengharapan, dan ketakutan. Yesus yang bangkit menjumpai mereka di saat mereka kesal, sedih, kecewa akan keadaan yang dialami mereka, ternyata tidak berjalan sesuai dengan keinginan mereka. Namun, Yesus yang bangkit itulah yang membukakan mata mereka, membantu mereka mengerti maksud kedatangan Yesus dan apa yang tertulis dalam kitab suci. Yesus yang bangkit itulah yang memampukan mereka untuk berbagi dan bersaksi atas kebangkitan dan perjumpaan mereka dengan diri-Nya.

Yesus yang bangkit itulah yang juga menjumpai kita saat ini. “Batu” yang ada di hati kita telah digulingkan dengan kuasa-Nya. Yesus yang bangkit itulah yang memampukan kita berbagi kepada sesama dan menjadi saksi kebangkitan-Nya melalui seluruh aspek hidup kita. Selamat paska 2012! Yesus yang bangkit itu menjumpai kita semua(:

Direnungkan dari:
Kebaktian Perayaan Paska GKI Depok – Yesus yang Bangkit, Menjumpaiku!
Perayaan Paska GKI Samanhudi – Kristus Bangkit, Kasih Bersambut, Karya Bersahut!