Haloo lagi, gak bosen2nya nih mau membagikan sharing yang boleh aku nikmatin. Kali ini, salah satu temenku Chatrin yang boleh sharing singkat tentang ketaatan. Makasi yaa Chatrin (:
Kenalan dulu, jadi Chatrin itu anak Farmasi angkatan 2010. Waktu sharing ini, dia lagi melayani sebagai staff bidang acara untuk retreat POFMIPA 2012. Waktu itu, aku gak sengaja sempet ikut rapat pleno panitia retreat (ceritanya aku bukan panitia retreat, jadi gak ada rencana) karena keadaannya kejebak hujan, dan saat mau persekutuan doa, Chatrin membawakan sharing Firman ini.
Semuanya berawal ketika Allah menciptakan manusia. Kita sebagai orang percaya meyakini bahwa tujuan kita manusia diciptakan adalah untuk memuliakan Allah dengan menikmati-Nya. Kita ingat bagaimana Adam dan Hawa hidup di taman Eden, dekat dengan Allah, memuliakan dan menikmati kasih Allah atas diri mereka. Namun, manusia kemudian jatuh ke dalam dosa. Kejatuhan manusia membuat hubungan manusia dengan Allah terputus. Tetapi, kembali lagi kasih Allah yang menyelamatkan kita, melalui pengorbanan Yesus di kayu salib, kita dimampukan untuk hidup sebagai manusia baru.
Pertanyaannya berikutnya adalah lalu apa yang akan kita lakukan? Kita boleh katakan sebagai manusia baru kita berjuang untuk hidup kudus, menjadi murid Yesus yang ideal, semakin serupa dengan-Nya. Oleh karena itu, ada beberapa “item kekudusan” yang kita selalu usahakan miliki dalam kehidupan sebagai manusia baru, misalnya hubungan pribadi yang baik dengan Tuhan (saat teduh dan doa pribadi setiap harinya), perbuatan yang baik kepada sesama, atau karakter yang membangun.
Namun mari kita lihat nyatanya, sebagai manusia baru, ada 3 sikap yang mungkin kita alami dan jumpai:
1. Aku vs Tuhan
Artinya, terkadang kehendak kita masih berlawanan dengan kehendak Tuhan. Kita masih terus bergumul untuk melawan kehendak2 kita yang sebenarnya kita tahu salah dan gak berkenan di hadapan Tuhan. Kadang2 kita juga masih kalah dengan keinginan pribadi kita, dan rasanya kesal ketika kita harus taat kepada perintah Tuhan.
2. Aku, Tuhan
Artinya, kehendak kita mungkin sudah sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita menyadari apa yang Tuhan ingin kita lakukan dalam hidup ini, namun yang menjadi permasalahan adalah kita melakukan segala kehendak-Nya dengan terpaksa. Kita melakukannya karena disuruh, kebiasaan, rutinitas, dan menganggapnya sebagai kewajiban/beban yang harus kita lakukan
3. Aku dengan Tuhan
Artinya, kita puas di dalam Tuhan. Kehendak kita merupakan kehendak Tuhan, dan kita melakukannya dengan kesadaran penuh bahwa Tuhanlah yang memiliki kehidupan kita dan telah menyiapkan rencana terbaik untuk hidup kita. Kehendak Tuhan merupakan kehendak terbaik yang berharga untuk kita pilih dan lakukan di dalam hidup.
Kita bisa menyimpulkan ketaatan sebagai manusia baru yang berjuang hidup kudus dalam kalimat ini:
“Obedience is not submission; it is a celebration of two minds bound in one desire”
Ketaatan kita dalam melakukan kehendak Tuhan bukan lagi diwarnai dengan pergumulan melawan keinginan pribadi atau pergumulan karena terpaksa, tetapi dengan penuh kesadaran melakukannya dan menikmati setiap langkahnya di dalam Tuhan.
Namun, ada beberapa hal juga yang perlu diingat mengenai ketaatan. Ada 2 hal yang perlu kita ingat sebagai orang Kristen yang berusaha taat kepada kehendak Allah:
1. Ketaatan hanyalah sarana, bukan tujuan
Ketika kita boleh dibina dan dibentuk, maka tujuan akhir kita adalah sama seperti kita diciptakan, yaitu bisa memuliakan Allah dengan menikmati-Nya. Ketaatan yang menghasilkan buah seperti saat teduh dan doa pribadi yang rutin, karakter yang baik, pelayanan yang aktif, hubungan dengan orang lain yang saleh, bukan menjadi tujuan utama kita. Dengan kata lain, Tuhan tidak meminta sate dan doa rutin, Tuhan tidak meminta karakter yang baik terhadap sesama, tetapi Tuhan meminta hidup yang memuliakan Allah, bukan ketaatan dan tunduk semata akan perintah-Nya.
2. Ketaatan/kesalehan justru adalah modal untuk sombong
Analoginya seperti ini: misalkan karena dosa, diri kita dan Tuhan terpisah sejauh 5 m. Salib Yesuslah yang menjadi jembatan yang menghubungkan keduanya. Kemudian dengan ketaatan kita (saat teduh, doa pribadi, pelayanan) kita merasa diri kita selalu bersikap benar dan sesuai kehendak-Nya. Kita merasa berhasil menjauhi dosa dan mengikis jarak antara diri kita dengan Tuhan dari 5 m hingga akhirnya tidak ada jarak sama sekali. Hal terburuk yang mungkin terjadi adalah kita merasa tidak memerlukan jembatan (salib Yesus) itu lagi dan kita merasa setara dengan Tuhan oleh karena ketaatan dan kekudusan/kesalehan diri kita.
Mari kita melihat teladan Paulus. Kita semua mengenal Paulus, dari sesosok orang yang mengejar pengikut Kristus, mengalami perjumpaan dengan Kristus dan bertobat, sampai akhirnya dimampukan untuk melakukan pelayanan sebesar itu, namun apa yang dikatakannya mengenai dirinya?
Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,” dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. Tetapi justru karena itulah aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. ~1 Timotius 1:15-16a
Aneh bukan? Paulus yang udah melakukan pelayanan ke sana-sini, pengabaran Injil ke berbagai daerah, namun mampu berkata bahwa dirinyalah yang paling berdosa dari semua orang berdosa. Kesadaran Paulus untuk bergantung akan salib Yesus yang merupakan anugerah -sesuatu yang sesungguhnya tidak layak diterimanya- menimbulkan kesadaran akan dosa sekaligus ketaatan kepada kehendak Tuhan, bukan untuk membenarkan diri di hadapan Tuhan dan manusia, namun agar bisa memiliki kehidupan yang memuliakan Allah.
Kiranya kita sebagai murid Kristus bisa mengingat kembali ketaatan kita terhadap kehendak Tuhan. Kita bisa berjuang untuk hidup kudus, sesuai Firman-Nya, bertumbuh melalui saat teduh dan doa pribadi kita, berbuah melalui pelayanan dan hubungan kita dengan orang lain, namun lebih daripada itu semua, Tuhan tidak meminta ketaatan kita, tetapi hidup yang memuliakan Dia dengan menikmati-Nya. Selamat menikmati Tuhan melalui ketaatan diri kita! God Bless (: